Thursday, 14 September 2017

Ksatria, Putri, dan Naga Jatuh

Oleh : Idham M.

Seperti Kebanyakan cerita-cerita mengenai ksatria dan putri lainnya, kisah inipun (seharusnya) dimulai dengan kalimat : Suatu pagi yang cerah, di negeri indah bernama Kerajaan Nusantara hiduplah seorang putri yang bernama Kokom Sumaryakom, asli Sunda, asli, dapat dibuktikan dari urutan tata aturan pengulangan nama khas Sunda warisan turun temurun. Putri kokom adalah seorang putri cantik, putih, manis, berlesung pipit, keturunan Indo asli : INDONESIA (kelak kerajaan ini bernama Indonesia). Bapaknya bernama Raja Butet Simanguntet, peranakan batak Sundabertemu dipelaminan,  dan ibu bernama Permaisuri Titin Sumartin, asli Sunda,asal Cibaduyut merantau ke alun-alun Kerajaan Nusantara bertemu Raja Butet dan jatuh cinta pada pandangan pertama, menemui dukun dan berhasil memelet sang raja.
 
Hari itu hari Minggu menurut penanggalan Jawa kuno, 23 Legi bulan Ruwah, semua orang di kerajaan sedang menikmati libur per minggunya dari berbagai macam kegiatan kerajaan. Sebenarnya di Kerajaan Nusantara tersebut libur setiap hari sabtu dan minggu, mengikuti kebijakan pekerjaan internasional dan setiap jumat hanya bekerja setengah hari. Kebijakan internasional untuk libur dua hari tersebut sudah mulai diterapkan oleh berbagai kompani di berbagai negara maju dan sedang berusaha di kembangkan di Kerajaan Nusantara. Sudah, tidak usah dibahas lagi mengenai libur, kita kembali kepada putri Kokom. Pagi itu putri Kokom berjalan-jalan di pasar ditemani oleh pegawai kerajaan. Sebagai putri yang baik dan mengerti perasaan rakyat, Putri Kokom selalu menyempatkan diri untuk meninjau langsung dan turun langsung ke pasar, untuk manarik retribusi dengan bunga memberatkan kepada para pedagang. Tugas mulia ! Putri Kokom tidak pernah lupa untuk memberikan senyumnya kepada para pedagang, yang menyetor retribusi, dan berkeliling-kelilingmelihat-lihat kesejahteraan rakyatnya. Putri yang baik, ketika sang Putri berkeliling-keliling sambil tersenyum-senyum autis tersebut maka terpancarlah aura cantiknya. Aura yang akan memikat siapapun untuk tergoda kepadanya. Aura cantik yang terasa memberikan sinar lembut keemasan pada wajahnya dan memberikan kesejukan angin surga pada setiap orang yang melihatnya. Putri Kokom berjalan dengan anggun berikut efek angin yang bertiup melambaikan  rambutnya dengan backgraund para pegawai kerajaan berotot kekar hasil fitnes di gym kerajaan.
 
Di sisi lain, tiga orang ksatria sedang melintas di Kerajaan Nusantara untuk mencari lagi dan menyebarkan ilmu yang sedang mereka peajari, ilmu pedang hasil belajar mereka di Institut Pedang Sakti Buchkingham Kerajaan Inggris seangkatan dengan pengeran Arthur dan para ksatri meja bundar. Para ksatria tersebut melintas di pasar untuk membeli beberapa keperluan sekaligus money changer untuk menukarkan poundsterling yang mereka punyai dengan uang sen Kerajaan Nusantara yang waktu itu masih berupa lembaran-lembaran daun lontar. Salah satu ksatria, Joni (bukan nama sebenarnya, sebut saja demikian-red) terpana ketika melihat kecantikan Putri Kokom yang masih ada di sana. Beberapa detik berlalu. Joni masih terpana. Sesaat dunia berhenti. Hanya ia dan putri yang bergerak, putri masih berjalan dengan anggun berikut efek angin yang bertiup melambaikan rambutnya dengan backgraound para pegawai kerajaan berotot kekar. Joni masih terpaku menatap sang putri dengan terpana. Joni bertanya-tanya. Inikah cinta? Sesaat kemudian ada getar-getar aneh di dalam darahnya. Bergejolak. Mendidih. Ia seperti menemukan seorang yang setelah selama ini ia cari akhirnya ia temukan juga.
 
”Tuan Putri , bolehkah aku berkenalan denganmu?”  Joni memberikan diri menghampiri Putri Kokom  dan berusaha berkenalan dengannya. Musik masih melagukan nada-nada melow.
”Tidak boleh!”
Musik melgukan lagu Dewa : baru...kusadari...cintaku bertepuk sebelah tangan..
”Tidak boleh sebelum kalian dapat mengalahkan para pegawai kerajaanku”.
Musik kembali melow. Masih ada kesempatan.
Baik, akan kulakukan sepenuh hati separuh nafasku.” Joni menatap. Musik berubah menghentakan deng derendeng deng deren deng deng deren deng deng deren deng deng deren deng.
Ketiga ksatria tersebut Joni, Jono, Jana (sudah, sebut saja begitu-red) segera mengambil formasi kuda-kuda Power Ranger ketika akan berkelahi melawan monster-monster saat akam melawan keenam pegawai kerajaan pilih tanding tersebut. Keadaan seimbang, dua lawan satu. Seimbang.
Para Ksatria mengambil pedang masing-masing dan mulai menunjukan keahlian mereka di bidang teknik memainkan pedang yang merupakan jurusan mereka di kuliah di Inggris. Joni : memutar-mutar pedang, melemparkanya ke atas, jatuh tepat pada otot bisep dan trisep pegawai pertama; tumbang; pegawai kedua diberinya tendangan telak pada ”pedagang” di antaranya selangkangannya; tumbang. Jono: pedang dimainkan seperti stik biliar, dengan gaya menyentak langsung hasil modifikasi sendiri pegawai ketiga dan  keempat langsung tertusuk dan bersatu menyate pada pedang jono. Kemenangan di kubu ksatria kembali. Jana : berbalik arah membelakangi para pegawai, melempar pedang ke atas dalam keadaan mata tertutup dan membelakangi musuh; kena; kena Jono yang tepat berada di belakangnya; Jono mengamuk, pegawai kelima dan keenam tumbang juga. Bravo memang teknik pedang yang hebat dari Jana.
Melihat kehebatan ksatria lulusan Inggris tersebut Putri Kokom pun langsung luluh, ia mulai merasakan dunia bergerak lambat. Musik melow. Putri jatuh cinta, Pada Joni yang mencintainya (ooohh, putri...so sweat...). Mereka akhirnya berkenalan. Dua insan bersatu padu mengikat hati dalam mahligai bahtera asmara gejolak kawula muda yang sedang dimabuk cinta gelora suka dan lara merana bahagia dan nestapa. Dua ksatria lainnya tak dibiarkan menganggur oleh Putri Kokom, mereka dipersilahkan memilih para pembantu yang cantik. (kepada ikatan para pembantu se-Nusantara, tidak ada daya dan upaya untuk mendeskriditkan dan menyudutkan para pembantu bahwa tidak ada pembantu yang  cantik, ini hanyalah kebetulan semata bahwa peranannya adalah pembantu-pembantu yang cantik, bukan anda koq, anda itu termasuk pembantu yang cantik koq, sungguh).
Hari demi hari selanjutnya Putri Kokom dan ksatria Joni menjalankan kehidupan yang indah. Dimana ada Joni disitu ada Kokom, dimana ada Kokom disitu ada Joni. Mereka sedang dimabuk cinta yang tumbuh di dalam dada. Joni diajak ke kerajaan tempat Putri Kokom tinggal. Dikenalkannya kepada ayahandanya, kepada ibundanya, aanda, teteh-nda, adinda, aki-nda, nininda, bibinda, mamangnda, keponakanda,sepupunda,tetangganda dan orang lainnda. Asmara dua insan berbeda jenis berbeda jenis ini pun tak luput dari kerajaan infotaiment kerajaan setempat. Mereka dikuntit kemana mereka pergi. Ditanya berbagai hal.
Ditanya ini. Ditanya itu. Ditanya kapan akan tunangan. Kapan akan menikah. Kapan akan bercerai. Apakah karena orang ketiga. Apakah akan terjadi pembagian harta gono-gini. Hak asuh anak oleh siapa. Apakah mereka ternyata sudah menikah diam-diam. Apakah mereka akan menikah siri. Dan pertanyaan-pertanyaan khas infotaiment lainnya. Aneh, belum juga nikah udah ditanya yang macam-macam.
Hingga suatu hari, terdengarlah kabar bahwa di Kerajaan Nusantara telah datang seekor naga yang kabur dari Timur Tengah. Naga ini di kabarkan senang menculik putri-putri cantik dari berbagai kerajaan. Betul, tentu saja kedatangannya ke Kerajaan Nusantara tidak lain-tidak-bukan-ada-eek-di-tengah-bulan adalah dengan maksud dan tujuan untuk mencari bibit-bibit putri baru untuk diculiknya. Hingga sekarang kepolisian Kerajaan Nusantara belum dapat mengungkapkan motif sebenarnya dari penculikan yang dilakukan oleh nega tersebut. (demikian Buser sedisi siang ini). Entah untuk dimangsa atau untuk dijadikan istri simpanan sebagai koleksinya. Tentu saja, sudah dapat ditebak, naga jahat tersebut mengincar Kokom sebagai mangsanya.
Naga persilangan onta Arab dan badak Afrika tersebut mulai melancarkan rencana-rencana jahat untuk dapat menculik Putri Kokom nan cantik jelita dambaan setiap pria sepanjang masa antar negara lintas budaya, norma, dan agama. Pertama-tama ia mengrekrut beberapa penduduk lokal untuk memata-matai kehidupan sang putri raja (aneh, ada mengrekrut manusia! Sebodo amat, naganya sakti, keturunan siluman). Pengintaian dilakukan dengan lancar. Agen pertama melaporkan setiap pagi Putri Kokom mandi, sikat gigi, baca koran sambil minum kopi dan nunpang kaki. Wajar untuk seorang wanita. Agen kedua melaporkan setiap sore Putri Kokom mandi sore, cukur bulu ketek, jalan-jalan, dogy. Masih wajar. Agen ketiga melaporkan bahwa tuan Putri Kokom setiapmalam berjalan-jalan, memakai bedak tebal, sunblock, dan berpakaian dalam. Wajar tidak aneh.
Pengintaian dinilai berhasil oleh sang naga. Kemudian ia mulai menentukan kapan ia akan melancarkan aksi. Beberapa plan dipersiapkan. Plan A : pagi berpura-pura menjadi tukang sayur kerajaan. Biasanya Putri Kokom akan tertarik pada sayur-sayuran bersama para pegawainya. Untuk menyamarkan identitasnya ia memakai kumis palsu dan topi. Paln A gagal total.
Ternyata bagaimanapun naga menyamar, kodratnya tetaplah seorang naga, hijau besar, hidung meler, muka jerawatan, mata melotot, nafas bau, tak bisa ditutupi. Plan B setelah memikirkan dengan seksama dan berputus asa memikirkan plan-paln lainnya, naga yang berontak hanya seperempat bagian kepalanya dan itu juga masih berbunyi klutuk-klutuk. Dahsyat. Sangat halus. Plan B dilaksanakan. Malam-malam ketika para pegawai kerajaan sedang pergantian shoft malam, naga mengendap-endap kedalam istana. Mengobrak-abrik istana ketika para pegawai berotot-kekar-seperti-para-pengawal-uang-2-milyar-di-dalam-kuis-Super-Deal-2-milyar lengah karena pergantian shift. Raja berhasil menculik Putri Kokom sebelum staf keamanan istana berhasil menghubungi Joni sang Ksatria kekasih putri via telepon kaleng istana (hal ini hanya mungkin terjadi karena Graham Bell belum menemukan telepon elektronik pada masa itu). Putri pun berhasil dibawa ke tempat peristirahatan sang naga di Goa Kidul Laut Wetan Bukit Kaler.
Ksatria yang dihubungi via tetepon oleh staf keamanan istana segera menyusun strategi untuk membebaskan sang putri. Pertama-tama dicarinya info-info mengenai sang naga melalui internet (oke, oke, jangan protes, karena telepon aja masih telepon kaleng maka bayangkan internet sebagai teknologi –selangkah-lebih-maju daripada telepon kaleng itu, atau mungkin kita ganti saja sebagai semedi). Akhirnya para ksatria (melalui internet semedi itu tentunya) berhasil menemukan tempat persembunyian naga Timur Tengah bedebah. Awalnya ada ragu di dalam hati masing-masing ksatria untuk  melawan naga Timur Tengah onta Arab badak Afrika bedebah. Dikumpulkannya semua keberanian yang ada. Merekapun bersatu. Bertiga melawan kekuatan naga yang sakti. Akankah mereka menang? Akankah sang naga bedebah yang memiliki kekuatan yang dahsyat tersebut akan kalah? Akankah Putri kokom berhasil diselamatkan? Kita tunggu episode selanjutnya.
Ehem, karena banyak permintaan akan penulisan selanjutnya agar dipercepat penayangannya maka penulis berbaik hati  akan menuliskannya di paragraf selanjutnya saja. Simak baik-baik.
Para ksatria mulai mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah samudera, bersama teman bertualang (dinyanyikan dengan nada 4/4 irama ost. Ninja Hatori), untuk mencari Putri Kokom yang tengah diculik tersebut. Goa Mak Lampir Gunung Kidul Wetan Bukit Kaler adalah goa siluman yang terkenal sangat angker dan dipercayai tidak akan ada siapapun yang akan dapat kembali bila masuk ke dalamnya.
Goa tersebut jaraknya sekitar 40 km dari istana Kerajaan Nusantara. Bila ingin ke sana, menurut peta kita harus melewati Sungai Besar, Gunung Landai, dan Bukit Kelelawar. Jadi ayo teman-teman, sebutkan sekali lagi Sungai Besar, Gunung Landai, dan Bukit Kelelawar. Bagus ! Kita pasti bisa ! berhasil ! berhasil ! Hore ! Hore ! Sekali lagi, harus kemana kita? Sungai Besar, Gunung Landai, dan Bukit Kelelawar berhasil ! berhasil ! Hore !.
Para ksatria telah melewati berbagai rintangan tersebut dan tibalah mereka di Goa Mak Lampir Gunung Kidul Laut Wetan Bukit Kaler. Deng-deng. Mereka akhirnya untuk yang pertama kalinya bertemu dengan naga Timur Tengah bedebah. Ketiga ksatria mulai menampilkan kuda-kuda andalan mereka. Kegentaran yang semula mereka miliki kini telah hilang dengan keberanian karena satu niat suci : menolong sang putri bersama-sama sahabat mereka. Mereka yakin, dengan kebersamaan, rintangan seberat apapun seberat babun bahkan seberat gajah sekalipun, akan dapat mereka atasi bila mereka bertiga bersatu. Keberanian ini semakin bertambah dengan niat mereka untuk menolong orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan dengan ikhlas dan tawakal serta memohon ridho kepada tuhan Yang Maha Esa. Beudeuh, berat.
Untuk menghindari adanya trauma mental yang akan membekas di dalam hati pembaca bila pembaca tidak terbiasa terhadap kekerasan maka adegan-adegan perkelahian antara naga bedebah dan ksatria-beraninya-keroyokan-bertiga tersebut tidak akan ditampilkan di dalam tulisan ini. Di dalam tulisan ini hanya akan ditampilkan kedudukan sementara yaitu kemenangan masih dipihak ksatria hingga turun minum babak pertama dan pada babak kedua pun masih didominasi oleh para ksatria hingga naga bedebah jatuh pingsan dan terkapar. Ksatria bersorak riang. Horai, horai, horai. Putri Kokom pun berhasil diselamatkan. Dan seperti kisah-kisah mengenai putri dan ksatria lainnya, kisah ini pun ditutup dengan HAPPY ENDING diselamatkan sang putri dari tangan penjaha, dan seperti film-film barat, kisah inipun ditutup dengan adegan berciuman antara Joni sang ksatria dengan sang putri. Seperti kisah-kisah klasik lainnya juga, kisah ini ditutup denga tulisan TAMAT.
Em, tunggu sebentar, walaupun cerita ini hanya fiktif belaka dan kesamaan nama, alamta, dan lain sebagainya hanyalah kebetulan belaka, tetapi cerita ini juga memiliki moral cerita. Moral cerita :  kita harus mampu bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang kita anggap baik. Kebersamaan adalah sesuatu yang akan membuat kita bertambah kuat. Kemenagan akan selalu berpihak kepada pihak yang benar. Dan akhir cerita selalu diakhiri dengan tulisan TAMAT.
Share:

0 comments:

Post a Comment