Oleh : Idham M.
Seperti Kebanyakan cerita-cerita
mengenai ksatria dan putri lainnya, kisah inipun (seharusnya) dimulai
dengan kalimat : Suatu pagi yang cerah, di negeri indah bernama
Kerajaan Nusantara hiduplah seorang putri yang bernama Kokom
Sumaryakom, asli Sunda, asli, dapat dibuktikan dari urutan tata
aturan pengulangan nama khas Sunda warisan turun temurun. Putri kokom
adalah seorang putri cantik, putih, manis, berlesung pipit, keturunan
Indo asli : INDONESIA (kelak kerajaan ini bernama Indonesia).
Bapaknya bernama Raja Butet Simanguntet, peranakan batak Sundabertemu
dipelaminan, dan ibu bernama Permaisuri Titin Sumartin, asli
Sunda,asal Cibaduyut merantau ke alun-alun Kerajaan Nusantara bertemu
Raja Butet dan jatuh cinta pada pandangan pertama, menemui dukun dan
berhasil memelet sang raja.
Hari itu hari Minggu menurut
penanggalan Jawa kuno, 23 Legi bulan Ruwah, semua orang di kerajaan
sedang menikmati libur per minggunya dari berbagai macam kegiatan
kerajaan. Sebenarnya di Kerajaan Nusantara tersebut libur setiap hari
sabtu dan minggu, mengikuti kebijakan pekerjaan internasional dan
setiap jumat hanya bekerja setengah hari. Kebijakan internasional
untuk libur dua hari tersebut sudah mulai diterapkan oleh berbagai
kompani di berbagai negara maju dan sedang berusaha di kembangkan di
Kerajaan Nusantara. Sudah, tidak usah dibahas lagi mengenai libur,
kita kembali kepada putri Kokom. Pagi itu putri Kokom berjalan-jalan
di pasar ditemani oleh pegawai kerajaan. Sebagai putri yang baik dan
mengerti perasaan rakyat, Putri Kokom selalu menyempatkan diri untuk
meninjau langsung dan turun langsung ke pasar, untuk manarik
retribusi dengan bunga memberatkan kepada para pedagang. Tugas mulia
! Putri Kokom tidak pernah lupa untuk memberikan senyumnya kepada
para pedagang, yang menyetor retribusi, dan
berkeliling-kelilingmelihat-lihat kesejahteraan rakyatnya. Putri yang
baik, ketika sang Putri berkeliling-keliling sambil tersenyum-senyum
autis tersebut maka terpancarlah aura cantiknya. Aura yang akan
memikat siapapun untuk tergoda kepadanya. Aura cantik yang terasa
memberikan sinar lembut keemasan pada wajahnya dan memberikan
kesejukan angin surga pada setiap orang yang melihatnya. Putri Kokom
berjalan dengan anggun berikut efek angin yang bertiup melambaikan
rambutnya dengan backgraund para pegawai kerajaan berotot kekar
hasil fitnes di gym kerajaan.
Di sisi lain,
tiga orang ksatria sedang melintas di Kerajaan Nusantara untuk
mencari lagi dan menyebarkan ilmu yang sedang mereka peajari, ilmu
pedang hasil belajar mereka di Institut Pedang Sakti Buchkingham
Kerajaan Inggris seangkatan dengan pengeran Arthur dan para ksatri
meja bundar. Para ksatria tersebut melintas di pasar untuk membeli
beberapa keperluan sekaligus money
changer untuk
menukarkan poundsterling yang mereka punyai dengan uang sen Kerajaan
Nusantara yang waktu itu masih berupa lembaran-lembaran daun lontar.
Salah satu ksatria, Joni (bukan nama sebenarnya, sebut saja
demikian-red) terpana ketika melihat kecantikan Putri Kokom yang
masih ada di sana. Beberapa detik berlalu. Joni masih terpana. Sesaat
dunia berhenti. Hanya ia dan putri yang bergerak, putri masih
berjalan dengan anggun berikut efek angin yang bertiup melambaikan
rambutnya dengan backgraound para pegawai kerajaan berotot kekar.
Joni masih terpaku menatap sang putri dengan terpana. Joni
bertanya-tanya. Inikah
cinta? Sesaat kemudian ada getar-getar aneh di dalam darahnya.
Bergejolak. Mendidih. Ia seperti menemukan seorang yang setelah
selama ini ia cari akhirnya ia temukan juga.
”Tuan Putri , bolehkah aku
berkenalan denganmu?” Joni memberikan diri menghampiri Putri
Kokom dan berusaha berkenalan dengannya. Musik masih melagukan
nada-nada melow.
”Tidak boleh!”
Musik
melgukan lagu Dewa : baru...kusadari...cintaku
bertepuk sebelah tangan..
”Tidak boleh sebelum kalian dapat
mengalahkan para pegawai kerajaanku”.
Musik kembali melow. Masih ada
kesempatan.
”Baik, akan
kulakukan sepenuh hati separuh nafasku.” Joni
menatap. Musik berubah menghentakan
deng derendeng deng deren deng deng deren deng deng deren deng deng
deren deng.
Ketiga ksatria tersebut Joni, Jono,
Jana (sudah, sebut saja begitu-red) segera mengambil formasi
kuda-kuda Power Ranger ketika akan berkelahi melawan monster-monster
saat akam melawan keenam pegawai kerajaan pilih tanding tersebut.
Keadaan seimbang, dua lawan satu. Seimbang.
Para Ksatria mengambil pedang
masing-masing dan mulai menunjukan keahlian mereka di bidang teknik
memainkan pedang yang merupakan jurusan mereka di kuliah di Inggris.
Joni : memutar-mutar pedang, melemparkanya ke atas, jatuh tepat pada
otot bisep dan trisep pegawai pertama; tumbang; pegawai kedua
diberinya tendangan telak pada ”pedagang” di antaranya
selangkangannya; tumbang. Jono: pedang dimainkan seperti stik biliar,
dengan gaya menyentak langsung hasil modifikasi sendiri pegawai
ketiga dan keempat langsung tertusuk dan bersatu menyate pada
pedang jono. Kemenangan di kubu ksatria kembali. Jana : berbalik arah
membelakangi para pegawai, melempar pedang ke atas dalam keadaan mata
tertutup dan membelakangi musuh; kena; kena Jono yang tepat berada di
belakangnya; Jono mengamuk, pegawai kelima dan keenam tumbang juga.
Bravo memang teknik pedang yang hebat dari Jana.
Melihat kehebatan ksatria lulusan
Inggris tersebut Putri Kokom pun langsung luluh, ia mulai merasakan
dunia bergerak lambat. Musik melow. Putri jatuh cinta, Pada Joni yang
mencintainya (ooohh, putri...so sweat...). Mereka akhirnya
berkenalan. Dua insan bersatu padu mengikat hati dalam mahligai
bahtera asmara gejolak kawula muda yang sedang dimabuk cinta gelora
suka dan lara merana bahagia dan nestapa. Dua ksatria lainnya tak
dibiarkan menganggur oleh Putri Kokom, mereka dipersilahkan memilih
para pembantu yang cantik. (kepada ikatan para pembantu se-Nusantara,
tidak ada daya dan upaya untuk mendeskriditkan dan menyudutkan para
pembantu bahwa tidak ada pembantu yang cantik, ini hanyalah
kebetulan semata bahwa peranannya adalah pembantu-pembantu yang
cantik, bukan anda koq, anda itu termasuk pembantu yang cantik koq,
sungguh).
Hari demi hari
selanjutnya Putri Kokom dan ksatria Joni menjalankan kehidupan yang
indah. Dimana ada Joni disitu ada Kokom, dimana ada Kokom disitu ada
Joni. Mereka sedang dimabuk cinta yang tumbuh di dalam dada. Joni
diajak ke kerajaan tempat Putri Kokom tinggal. Dikenalkannya kepada
ayahandanya, kepada ibundanya, aanda, teteh-nda, adinda, aki-nda,
nininda, bibinda, mamangnda, keponakanda,sepupunda,tetangganda dan
orang lainnda. Asmara dua insan berbeda jenis berbeda jenis ini pun
tak luput dari kerajaan infotaiment kerajaan setempat. Mereka
dikuntit kemana mereka pergi. Ditanya berbagai hal.
Ditanya ini. Ditanya itu. Ditanya
kapan akan tunangan. Kapan akan menikah. Kapan akan bercerai. Apakah
karena orang ketiga. Apakah akan terjadi pembagian harta gono-gini.
Hak asuh anak oleh siapa. Apakah mereka ternyata sudah menikah
diam-diam. Apakah mereka akan menikah siri. Dan pertanyaan-pertanyaan
khas infotaiment lainnya. Aneh, belum juga nikah udah ditanya yang
macam-macam.
Hingga suatu hari, terdengarlah
kabar bahwa di Kerajaan Nusantara telah datang seekor naga yang kabur
dari Timur Tengah. Naga ini di kabarkan senang menculik putri-putri
cantik dari berbagai kerajaan. Betul, tentu saja kedatangannya ke
Kerajaan Nusantara tidak lain-tidak-bukan-ada-eek-di-tengah-bulan
adalah dengan maksud dan tujuan untuk mencari bibit-bibit putri baru
untuk diculiknya. Hingga sekarang kepolisian Kerajaan Nusantara belum
dapat mengungkapkan motif sebenarnya dari penculikan yang dilakukan
oleh nega tersebut. (demikian Buser sedisi siang ini). Entah untuk
dimangsa atau untuk dijadikan istri simpanan sebagai koleksinya.
Tentu saja, sudah dapat ditebak, naga jahat tersebut mengincar Kokom
sebagai mangsanya.
Naga persilangan onta Arab dan
badak Afrika tersebut mulai melancarkan rencana-rencana jahat untuk
dapat menculik Putri Kokom nan cantik jelita dambaan setiap pria
sepanjang masa antar negara lintas budaya, norma, dan agama.
Pertama-tama ia mengrekrut beberapa penduduk lokal untuk memata-matai
kehidupan sang putri raja (aneh, ada mengrekrut manusia! Sebodo amat,
naganya sakti, keturunan siluman). Pengintaian dilakukan dengan
lancar. Agen pertama melaporkan setiap pagi Putri Kokom mandi, sikat
gigi, baca koran sambil minum kopi dan nunpang kaki. Wajar untuk
seorang wanita. Agen kedua melaporkan setiap sore Putri Kokom mandi
sore, cukur bulu ketek, jalan-jalan, dogy. Masih wajar. Agen ketiga
melaporkan bahwa tuan Putri Kokom setiapmalam berjalan-jalan, memakai
bedak tebal, sunblock, dan berpakaian dalam. Wajar tidak aneh.
Pengintaian dinilai berhasil oleh
sang naga. Kemudian ia mulai menentukan kapan ia akan melancarkan
aksi. Beberapa plan dipersiapkan. Plan A : pagi berpura-pura menjadi
tukang sayur kerajaan. Biasanya Putri Kokom akan tertarik pada
sayur-sayuran bersama para pegawainya. Untuk menyamarkan identitasnya
ia memakai kumis palsu dan topi. Paln A gagal total.
Ternyata bagaimanapun naga
menyamar, kodratnya tetaplah seorang naga, hijau besar, hidung meler,
muka jerawatan, mata melotot, nafas bau, tak bisa ditutupi. Plan B
setelah memikirkan dengan seksama dan berputus asa memikirkan
plan-paln lainnya, naga yang berontak hanya seperempat bagian
kepalanya dan itu juga masih berbunyi klutuk-klutuk. Dahsyat. Sangat
halus. Plan B dilaksanakan. Malam-malam ketika para pegawai kerajaan
sedang pergantian shoft malam, naga mengendap-endap kedalam istana.
Mengobrak-abrik istana ketika para pegawai
berotot-kekar-seperti-para-pengawal-uang-2-milyar-di-dalam-kuis-Super-Deal-2-milyar
lengah karena pergantian shift. Raja berhasil menculik Putri Kokom
sebelum staf keamanan istana berhasil menghubungi Joni sang Ksatria
kekasih putri via telepon kaleng istana (hal ini hanya mungkin
terjadi karena Graham Bell belum menemukan telepon elektronik pada
masa itu). Putri pun berhasil dibawa ke tempat peristirahatan sang
naga di Goa Kidul Laut Wetan Bukit Kaler.
Ksatria yang dihubungi via tetepon
oleh staf keamanan istana segera menyusun strategi untuk membebaskan
sang putri. Pertama-tama dicarinya info-info mengenai sang naga
melalui internet (oke, oke, jangan protes, karena telepon aja masih
telepon kaleng maka bayangkan internet sebagai teknologi
–selangkah-lebih-maju daripada telepon kaleng itu, atau mungkin
kita ganti saja sebagai semedi). Akhirnya para ksatria (melalui
internet semedi itu tentunya) berhasil menemukan tempat persembunyian
naga Timur Tengah bedebah. Awalnya ada ragu di dalam hati
masing-masing ksatria untuk melawan naga Timur Tengah onta Arab
badak Afrika bedebah. Dikumpulkannya semua keberanian yang ada.
Merekapun bersatu. Bertiga melawan kekuatan naga yang sakti. Akankah
mereka menang? Akankah sang naga bedebah yang memiliki kekuatan yang
dahsyat tersebut akan kalah? Akankah Putri kokom berhasil
diselamatkan? Kita tunggu episode selanjutnya.
Ehem, karena banyak permintaan akan
penulisan selanjutnya agar dipercepat penayangannya maka penulis
berbaik hati akan menuliskannya di paragraf selanjutnya saja.
Simak baik-baik.
Para ksatria mulai mendaki gunung
lewati lembah, sungai mengalir indah samudera, bersama teman
bertualang (dinyanyikan dengan nada 4/4 irama ost. Ninja Hatori),
untuk mencari Putri Kokom yang tengah diculik tersebut. Goa Mak
Lampir Gunung Kidul Wetan Bukit Kaler adalah goa siluman yang
terkenal sangat angker dan dipercayai tidak akan ada siapapun yang
akan dapat kembali bila masuk ke dalamnya.
Goa tersebut
jaraknya sekitar 40 km dari istana Kerajaan Nusantara. Bila ingin ke
sana, menurut peta kita harus melewati Sungai Besar, Gunung Landai,
dan Bukit Kelelawar. Jadi ayo teman-teman, sebutkan sekali lagi
Sungai Besar, Gunung Landai, dan Bukit Kelelawar. Bagus ! Kita pasti
bisa ! berhasil ! berhasil ! Hore ! Hore ! Sekali lagi, harus kemana
kita? Sungai Besar, Gunung Landai, dan Bukit Kelelawar
berhasil ! berhasil ! Hore !.
Para ksatria telah melewati
berbagai rintangan tersebut dan tibalah mereka di Goa Mak Lampir
Gunung Kidul Laut Wetan Bukit Kaler. Deng-deng. Mereka akhirnya untuk
yang pertama kalinya bertemu dengan naga Timur Tengah bedebah. Ketiga
ksatria mulai menampilkan kuda-kuda andalan mereka. Kegentaran yang
semula mereka miliki kini telah hilang dengan keberanian karena satu
niat suci : menolong sang putri bersama-sama sahabat mereka. Mereka
yakin, dengan kebersamaan, rintangan seberat apapun seberat babun
bahkan seberat gajah sekalipun, akan dapat mereka atasi bila mereka
bertiga bersatu. Keberanian ini semakin bertambah dengan niat mereka
untuk menolong orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan dengan
ikhlas dan tawakal serta memohon ridho kepada tuhan Yang Maha Esa.
Beudeuh, berat.
Untuk
menghindari adanya trauma mental yang akan membekas di dalam hati
pembaca bila pembaca tidak terbiasa terhadap kekerasan maka
adegan-adegan perkelahian antara naga bedebah dan
ksatria-beraninya-keroyokan-bertiga tersebut tidak akan ditampilkan
di dalam tulisan ini. Di dalam tulisan ini hanya akan ditampilkan
kedudukan sementara yaitu kemenangan masih dipihak ksatria hingga
turun minum babak pertama dan pada babak kedua pun masih didominasi
oleh para ksatria hingga naga bedebah jatuh pingsan dan terkapar.
Ksatria bersorak riang. Horai, horai, horai. Putri Kokom pun berhasil
diselamatkan. Dan seperti kisah-kisah mengenai putri dan ksatria
lainnya, kisah ini pun ditutup dengan HAPPY ENDING diselamatkan sang
putri dari tangan penjaha, dan seperti film-film barat, kisah inipun
ditutup dengan adegan berciuman antara Joni sang ksatria dengan sang
putri. Seperti kisah-kisah klasik lainnya juga, kisah ini ditutup
denga tulisan TAMAT.
Em, tunggu
sebentar, walaupun cerita ini hanya fiktif belaka dan kesamaan nama,
alamta, dan lain sebagainya hanyalah kebetulan belaka, tetapi cerita
ini juga memiliki moral cerita. Moral cerita : kita harus mampu
bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang kita anggap baik.
Kebersamaan adalah sesuatu yang akan membuat kita bertambah kuat.
Kemenagan akan selalu berpihak kepada pihak yang benar. Dan akhir
cerita selalu diakhiri dengan tulisan TAMAT.
0 comments:
Post a Comment